Jumat, 01 Juli 2011

STR mensiyalir Insiden Pembakaran Excavator 30 Mei 2011 di Pulau Padang sengaja di lakukan oleh PT.RAPP itu sendiri

Terkait insiden pembakaran dua alat berat dan dua camp karyawan PT. Riau Andalan Pulp And Paper (RAPP) di Desa Sei Hiu pada 30 Mei 2011. Komite Pimpinan Daerah-Serikat Tani Riau (KPD-STR) Kabupaten Kepulauan Meranti mensiyalir ada sekenario busuk yang sengaja di ciptakan untuk melemahkan Persatuan Rakyat dan memperburuk citra Organisasi di mata Publik . diantaranya:

1. Insiden pembakaran dua alat berat dan dua camp karyawan PT. Riau Andalan Pulp And Paper (RAPP) di Desa Sei Hiu pada 30 Mei 2011 bisa-bisa saja sengaja di lakukan oleh orang-orang yang menjadi penjilat PT.RAPP atau sengaja di ciptakan oleh PT.RAPP itu sendiri, karena mereka tau STR akan melakukan aksi di lapangan sesuai Surat Pemberitauan Ke Pihak Kepolisian yang telah di layangkan oleh kami.

2. Setelah aksi STR bubar dengan tertip dan tidak terjadi tindakan Anarkis, untuk menjadi alat agar polisi bisa melakukan tindakan represip yang memburu warga guna kepentinganya membuat trauma masyarakat Pulau Padang, di lakukanlah pembakaran dua alat berat dan dua camp karyawan PT Riau Andalan Pulp And Paper (RAPP) di malam harinya secara sengaja. Agar ada alasan bahwa STR lah yang bertanggung jawab terhadap Insiden itu, karena selama ini hanya STR lah yang frontal menentang keras masukya PT. RAPP ke Pulau Tanah Gambut ini.

3. Lalu setelah kondisi masyarakat yang sangat trauma dan rapuh akibat tindakan pihak kepolisian yang rentan terpecah belah sesuai harapan mereka. Di jalankanlah misi yang ke tiga, yaitu dengan menyebarkan selebaran berwarna hijau dan kuning ini dengan desakan Pembubaran Serikat Tani Riau di Kabupaten Kepulauan Meranti dan menyebarkan benih-benih ketidak percayaan masyarakat terhadap organisasi.

Untuk di ketahui, pasca dibakarnya dua alat berat dan dua camp karyawan PT. Riau Andalan Pulp And Paper (RAPP) di Desa Sei Hiu beberapa waktu yang lalu oleh orang tak di kenal tepatnya pada 30 Mei 2011 dan setelah terjadinya tindakan represip aparat yang memburu warga pasca dibakarnya dua alat berat dan dua camp karyawan PT Riau Andalan Pulp And Paper (RAPP) yang telah di kelarifikasi oleh Kapolres Bengkalis dan Kapolda Riau di Rapat Dengar Pendapat yang di fasilitasi oleh Komisi A DPRD Provinsi Riau pada hari Jum’at tanggal 24 Juni 2011 tersebut.

Saat ini di desa Tanjung Padang dan di Kelurahan Teluk Belitung Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti beredar selebaran berwarna kuning dan warna hijau dari yang mengatasnamakan MASYARAKAT PULAU PADANG (ISTRI, ANAK DAN ORANG TUA YANG TERANIAYA).

Di dalam selebaran yang sengaja di bagi-bagikan ke masyarakat Pulau Padang itu berisi hal-hal yang sengaja menyudutkan Pimpinan-pimpinan organisasi, terutama kepada Ketua Komite Pimpinan Daerah-Serikat Tani Riau (KPD-STR) Kabupaten Kepulauan Meranti saudara Muhamad Riduan bersama Sekretarisnya Saudara Sutarno. S.Fil dan Saudara Alfian selaku Ketua Komite Pimpinan Desa-Serikat Tani Riau (KPDe-STR) desa Tanjung Padang. Adapun teks selebaran tersebut persisnya seperti di bawah ini.

TANGISAN DAN DERITA KAMI
KEPADA MASYARAKAT PULAU PADANG YANG TERANIAYA DAN YANG DI DIADU DOMBA.

Sejak terjadinya beberapa kali demo di pulau padang tentang penolakan PT RAPP yang puncaknya terjadi pembakaran terhadap alat berat dan bedeng di tanjung padang, kami merasa tidak nyaman lagi berada dikampung halaman kami sendiri selama ini kami sebagai masyarakat terutama kaum petani di tanjung padang merasa di peralat oleh riduan, sutarno, yahya dan Alpian. Pembakaran yang dilakukan oleh sebagian besar warga yang ikut demo pada tanggal 30 mei 2011 di tanjung padang menyisakan permasalahan bagi kampung kami. Banyak aparat kepolisian yang mengintai kami. Sekarang sebagian besar laki-laki dikampung kami sudah pergi, karena takut dilibatkan dalam kejadian pembakaran malam itu. Namun fakta yang terjadi, dimana para pemimpin yang mengajak kami demo dan pembakaran malam itu semua???? Semua mengaku tidak bertanggung jawab. Lalu siapa?

Saat ini kami kehilangan kepala rumah tangga yang lari kehutan, kami kehilangan anak laki-laki kami yang menghilang entah kemana. Namun, mereka hanya cuap-cuap saja di Pekanbaru dan Jakarta. Kami yang merasakan ketakutan. Sedangkan mereka hanya santainya berkomentar di Koran-koran. Apa itu yang diharakan. Seandainya perjuangan menolak RAPP itu sesuai dengan jalur hokum dan para pemimpin kita bertanggung jawab, kami kira tidak seperti ini keadaannya. Kita pertanggung jawabkan perbuatan kita. Kita sampaikan bahwa kita yang membakar. Bukan dengan melarikan diri, mari kita hadapi bersama-sama dengan jalur yang benar.

STR yang selama ini telah menggiring kita kearah kekerasan. Mereka membawa kita seperti tidak punya adab dan etika. Apakah pantas perlakuan itu kami terima. Jangan tambah lagi permasalahan kami dengan kepentingan yang tidak jelas. Kami dari masyarakat Pulau Padang, menolak kerras keberadaan STRdi Pulau Padang, sejak keberadaan STR dikampung kami yang menimbulkan terjadinya perpecahan antara warga kampung dan di kuatirkan akan mengarah ke perkelahian antara suku :

Kami menolak keberadaan STR di Pulau Padang karena :
1. Selama ini kami hanya adu domba antara suku dan masyarakat yang tidak mau bergabung dengan STR dan menolak keberadaan PT. RAPP dengan ancaman akan dikucilkan di tengah-tengah masyarakat dimana hal ini sangat bertentangan dengan adat istiadat yang berlaku didalam masyarakat selama ini.

2. Mereka selama ini memanfaatkan kesusahanmaupun keadaan ekonomi petani khususnya masyarakat di Pulau Padang untuk kepentingan pribadi dan kelompok sementara untung ruginya terhadap masyarakat belum jelas.

3. Mereka selalu menjadikan masyarakat sebagai tameng hidup untuk berbenturan dengan aparat keamanan, sehingga menimbulkan ketakutan di tengah-tengah masyarakat sementara pimpinan STR tidak mau bertanggung jawab.

4. Kami sangat prihatin terhadap terjadinya perpecahan antara warga untuk memperjuangkan sesuatu yang belum jelas arahnya dan kami juga turut prihatin terhadap kebutuhan hidup anak beserta istri yang ditinggal lari oleh suaminya


karena merasa bersalah atas terjadinya pembakaran alat berat milik PT RAPP dan pada akhirnya masyarakat juga yang menjadi korban.

5. Setelah terjadinnya pembakaran alat berat milik PT. RAPP masyarakat yang diduga terlibat pembakaran di kejar-kejar oleh aparat keamanan, namun STR tidak pernah memberikan perlindungan atau langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan ini.

6. Mereka telah memprovokasi masyarakat untuk melakukan pembakaran alat berat milik PT RAPP dan setelah terjadi pembakaran mereka ( Alfian, Riduan, Yahya dan Sutarno ) lepas tangan dan melimpahkan permasalahan tersebut kepada masyarakat.

7. Kami menghimbau kepada STR agar menghentikan kegiatannya yang mempengaruhi masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan atau tindakan yang melawan hukum yang pada akhirnya merugikan masyarakat itu sendiri.

Kami mengharapkan agar masyarakat Pulau Padang jangan mudah terprovikasi maupun dimanfaatkan oleh pihak yang mengambil manfaat atas situasi yang sengaja diciptakan oleh pihak STR maupun oleh hal-hal yang tidak bertanggung jawab dan kami ingin kampong kami kembali rukun dan damai seperti sediakala tanpa terjadi perpecahan di antara sesama warga kami.

Hormat Kami.
Ass. Wr. Wb
MASYARAKAT PULAU PADANG
(ISTRI, ANAK DAN ORANG TUA YANG TERANIAYA)

Setelah kami membaca selebaran yang ada di atas tersebut, kami dari Komite Pimpinan Daerah-Serikat Tani Riau (KPD-STR) Kabupaten Kepulauan Meranti menimbulkan 14 pertanyaan terkait selebaran yang di edarkan ke masyarakat Pulau Padang tersebut.

1. Siapa orang yang benar-benar bertanggung jawab terhadap tulisan di atas?

2. Kenapa penulis teks selebaran tersebut di atas berani dan langsung
mengarahkan atau menghubungkan kejadian Aksi Demo penolakan PT.RAPP yang di lakukan STR selama ini secara damai dengan insiden pembakaran dua alat berat dan dua camp karyawan PT. Riau Andalan Pulp And Paper (RAPP) di Desa Sei Hiu?

3. Ada ungkapan “kami merasa tidak nyaman lagi berada dikampung halaman kami sendiri selama ini kami sebagai masyarakat terutama kaum petani di tanjung padang merasa di peralat oleh riduan, sutarno, yahya dan Alpian”.

Pertanyaanya, siapakah masyarakat Tanjung Padang yang sebenarnya bergabung dengan Serikat Tani Riau yang merasa di peralat itu ?

4. Ada ungkapan “Pembakaran yang dilakukan oleh sebagian besar warga yang ikut demo pada tanggal 30 mei 2011 di tanjung padang menyisakan permasalahan bagi kampung kami. Banyak aparat kepolisian yang mengintai kami”.

Pertanyaanya, apakah kepentingan si penulis teks selebaran di atas yang tidak berani menujukan Identitas jelas ini. Mengarahkan pembaca untuk menghubungkan Aksi STR pada siang dengan kejadian pembakaran di malam hari?

5. Ada ungkapan “Namun fakta yang terjadi, dimana para pemimpin yang mengajak kami demo dan pembakaran malam itu semua???? Semua mengaku tidak bertanggung jawab. Lalu siapa?”

Pertanyaanya, apakah kepentingan si penulis teks selebaran di atas yang tidak berani menujukan Identitas jelas ini. Memaksakan dan mempengaruhi pemikiran pembaca untuk mengarahkan seakan-akan STR yang melakukan Aksi Pembakaran itu? Dan apa kepentingan si penulis teks selebaran yang mencoba menjelek-jelekan pimpinan organisasi tidak bertanggung jawab terhadap anggota organisasi?

6. Ada ungkapan “Namun, mereka hanya cuap-cuap saja di Pekanbaru dan Jakarta. Kami yang merasakan ketakutan. Sedangkan mereka hanya santainya berkomentar di Koran-koran. Apa itu yang diharakan. Seandainya perjuangan menolak RAPP itu sesuai dengan jalur hokum dan para pemimpin kita bertanggung jawab, kami kira tidak seperti ini keadaannya”.

1. Pertanyaanya, apakah kepentingan si penulis teks selebaran di atas yang tidak berani menujukan Identitas jelas ini. Mengatakan dan mempengaruhi pemikiran pembaca untuk mengarahkan seakan-akan pimpinan-pimpinan STR hanya bercuap-cuap saja di Pekanbaru dan Jakarta dan hanya bersantai-santai berkomentar di Koran-koran?

2. Kenapa tahapan-tahapan perjuangan STR yang menolak RAPP itu di anggap menentang jalur hokum, padahal semuanya di lakukan secara Damai bahkan hingga ke Jakarta mendatangi Menteri Kehutanan, Komnas Ham, Kementrian Lingkungan Hidup?

7. Ada ungkapan “Kita pertanggung jawabkan perbuatan kita. Kita sampaikan bahwa kita yang membakar. Bukan dengan melarikan diri, mari kita hadapi bersama-sama dengan jalur yang benar”.

1. Pertanyaanya, apakah kepentingan si penulis teks selebaran di atas yang tidak berani menujukan Identitas jelas ini. Mengarahkan dan mempengaruhi pemikiran pembaca seakan-akan STR harus mengakui tindakan yang tidak pernah di lakukan?

2. Disini penulis teks selebaran di atas berperan seakan-akan sebagai masyarakat yang mengaku membakar Excavator dan merupakan anggota STR dan mengajak STR untuk mengakui tindakan yang sebenarnya sama sekali tidak pernah di lakukan oleh STR. Kenapa harus berperan sebagai anggota STR?

8. Ada ungkapan “STR yang selama ini telah menggiring kita kearah kekerasan. Mereka membawa kita seperti tidak punya adab dan etika”.

Pertanyaanya, apakah kepentingan si penulis teks selebaran di atas yang tidak berani menujukan Identitas jelas ini. Mengarahkan dan mempengaruhi pemikiran pembaca seakan-akan STR menggiring menggiring ke arah kekerasan dan mengarahkan masyarakat untuk tidak punya adab dan etika?

9. Ada ungkapan “Jangan tambah lagi permasalahan kami dengan kepentingan yang tidak jelas. Kami dari masyarakat Pulau Padang, menolak keras keberadaan STR di Pulau Padang”,

1. Pertanyaanya, apakah kepentingan si penulis teks selebaran di atas yang tidak berani menujukan Identitas jelas ini. Mengarahkan dan mempengaruhi pemikiran pembaca seakan-akan STR tidak memiliki kepentingan jelas terhadap kerja-kerja perjuanganya selama ini?

2. Kenapa berani mengatasnamakan masyarakat Pulau Padang dan demi kepentingan siapa menggunakan kata MENOLAK KERAS keberadaan STR?

10. Apakah kepentingan si penulis teks selebaran di atas yang tidak berani menujukan Identitas jelas ini. Mengarahkan dan mempengaruhi pemikiran pembaca seakan-akan STR sebagai organisasi yang menyebabkan perpecahan antar suku? Padahal di STR tergabung berbagai desa yang ada di Pulau Padang dan terdiri dari suku-suku yang memiliki semangat juang yang sama untuk menolak keberadaan PT.RAPP itu!!

11. Ada ungkapan “Selama ini kami hanya adu domba antara suku dan masyarakat yang tidak mau bergabung dengan STR dan menolak keberadaan PT. RAPP dengan ancaman akan dikucilkan di tengah-tengah masyarakat dimana hal ini sangat bertentangan dengan adat istiadat yang berlaku didalam masyarakat selama ini” Pertanyaanya. Apakah pernyataan ini benar?

12. Ada ungkapan Mereka selama ini memanfaatkan kesusahan maupun keadaan ekonomi petani khususnya masyarakat di Pulau Padang untuk kepentingan pribadi dan kelompok sementara untung ruginya terhadap masyarakat belum jelas”. Pertanyaanya apakah ini terbukti dan bisa di pertanggung jawabkan oleh si penulis teks selebaran di atas ke pada organisasi? Kami menanti dan menunggu anda!!

13. Ada ungkapan “Mereka selalu menjadikan masyarakat sebagai tameng hidup untuk berbenturan dengan aparat keamanan, sehingga menimbulkan ketakutan di tengah-tengah masyarakat sementara pimpinan STR tidak mau bertanggung jawab”. Pertanyaanya, Selama 1 Tahun lebih STR berjuang berhadapan dengan Pihak Kepolisian tetapi tetap tidak ada tindakan Anarkis dan lebih cendrung bekerja sama secara baik. Kenapa penulis teks selebaran di atas yang tidak bertanggung jawab ini mengarahkan STR menjadikan masyarakat sebagai tameng untuk berbenturan dengan Aparat?

14. Ada ungkapan “Kami menghimbau kepada STR agar menghentikan kegiatannya yang mempengaruhi masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan atau tindakan yang melawan hukum yang pada akhirnya merugikan masyarakat itu sendiri”.

Pertanyaanya, siapa sebenarnya yang mengatasnamakan Masyarakat Pulau Padang ini? yang berani menghimbau agar STR berhenti dalam kerja-kerja perjuanganya yang pada hakikatnya sengaja di arahkan oleh si penulis teks selebaran ini ke pada pembaca seakan-akan STR adalah organisasi yang mengarahkan warga untuk melakukan tindakan-tindakan melawan hokum dalam perjuanagnya.

Dari 14 pertanyaan yang dapat kami keluarkan setelah membaca selebaran yang di buat si Banci atau Pengecut singkatnya manusia benalu penjual Pulau Padang ini, dapat kami simpulkan bahwa: Ada sekenario politik busuk yang sengaja di ciptakan untuk memperburuk citra organisasi Serikat Tani Riau di mata Publik oleh si pengecut dan banci ini melalui 3 tahapan.

Soekarno berserta para pejuang revolusi Indonesia sudah menyadari jauh sebelum kita ada, bahwa musuh terbesar bangsa kita adalah Kapitalisme dan Imperialisme yang sekarang lebih mampu memetamorfosikan dirinya menjadi bentuk penindasan halus, tanpa perlu invansi bersenjata, melainkan dominasi kekuatan modal (kapital). Dia itulah, Neoliberalisme! Bagaimana neoliberalisme meluas masuk ke dalam desa, dusun, hingga rumah tangga kita? Dia bergerak dengan sangat lembut, kemudian menikam jantung. Neoliberalisme – ekonomi pasar bebas – hanya perlu memutarkan pelipatgandaan modalnya, mengambil alih lahan-lahan pertanian dengan mengamankan terlebih dahulu strktur-struktur kekuasaan (menguasai politik legislative, eksekutif, dan yudikatif), menggunakan milterisme sebagai pagar betis yang siap menjaga modal mereka, mengupah buruh dengan murah serta memisahkan mereka dari factor produksi, mengambil alih pasar-pasar tradisonal kemudian mengubahnya menjadi pasar modern yang bersewakan mahal, memasok kesadaran konsumtif kontar produktif ke benak kaum muda, bahkan menjadikan agama sebagai barang dagangan dan alat pelegalan penindasan mereka.

Menurut pantauan kami KPD-STR Kabupaten Kepulauan Meranti, sebelum terjadinya tindakan anarkis yang di lakukan sekelompok orang tak di kenal, masyarakat Pulau Padang yang bergabung dengan Serikat Tani Riau sudah hampir 12 kali melakukan Aksi Massa dan semuanya berlangsung secara damai sehingga melakukan Aksi ke Jakarta dan mendatangi Komnas Ham.

Mengenai tindakan Anarkis sekelompok orang tak di kenal yang melakukan Pembakaran dua alat berat dan dua camp karyawan PT Riau Andalan Pulp And Paper (RAPP) di Desa Sei Hiu tentunya ini tidak ada kaitanya dengan KPD-STR Kabupaten Kepulauan Meranti.
“jika tindakan itu (Anarkis) mau kami lakukan pastilah sudah terjadi jauh sebelum Komnas Ham mengeluarkan Recomendasi Penghentian Operasional PT.RAPP di lapangan”
Meskipun sudah sangat jelas-jelas keberadaanya di tentang keras oleh Rakyat dan masih dalam tahapan mencari jalan penyelesaian. Tentunya kita masih ingat tepatnya pada hari Minggu tanggal 22 Maret 2011 dimana 2 Unit Escavator dan 1 Unit Ponton milik Riau Andalan Pulp & Paper (PT.RAPP) dengan pengawalan dari pihak kepolisian dan beberapa sukerity pihak perusahaan tetap memaksakan kehendaknya untuk melakukan Operasional di Pulau Padang.

KPD-STR Kabupaten Kepulauan Meranti bersama masyarakat Pulau Padang sempat melakukan Aksi Penghadangan pada waktu itu. Namun sesuai harapan pihak Kepolisian di lapangan melalui Kapolsek Merbau Syawaludin Pane, dimana masyarakat di arahkan untuk tetap menciptakan suasana Kondusif.

Karena kami paham dengan jalannya sejarah perjuangan kaum tani, Di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, sudah terlalu banyak tragedy berdarah yang menimbulkan korban baik dari sisi Rakyat yang berjuang ataupun pihak kepolisian di lapangan dalam tugasnya.

Dua sisi yang berbeda, antara Rakyat yang berjuang dan pihak Kepolisian dalam tugas, kami yakini dan imani bahwa pada hakikatnya bertujuan sama, tapi Masyarakat dan pihak Kepolisian seakan di paksakan untuk saling bergesekan di lapangan. Sangat sadar oleh kami bahwa Investasi di jamin keamananya oleh Negara. Kareana salah satu tuntutan utama pemodal asing atau pengusaha terhadap pemerintah di negeri ini adalah penekanan untuk menciptakan Iklim Kondusif untuk kepentingan mereka.

Pihak kepolisian seharusnya sadar dan memahami. Sedemikian takutkah elit-elit Politik, para pengambil kebijakan kaki tangan pemilik modal yang masuk kedalam tubuh pemerintah dengan membuat keputusan semena-mena demi kepentingan mereka termasuk SK 327 Menhut 2009 ini, sehingga mesti memasang kuda-kuda kuat “KEPOLISIAN” untuk menghadapi rakyat yang selama ini ditindas, yang sudah bersatu padu dalam sebuah kekuatan besar terorganisir dan terpimpin, SERIKAT TANI RIAU. Ketakuan yang lahir setelah rakyat mendapatkan kembali keberanian untuk melawan serta mengusir para perampas tanah. Ketakutan yang mampu kami lahirkan di setiap benak kaum pemilik modal tersebut adalah wujud awal kemenangan kecil bagi masyarakat Pulau Padang.

Perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kedaulatan politik dan kemandirian ekonomi sejak pra kemerdekaan sampai saat ini masih menghadapi musuh yang sama yakni penjajahan modal oleh kaum Imperialisme-Neoliberalisme yang bersekutu dengan pemerintahan didalam negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar